Kamis, 21 Juni 2012

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS


ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

Defenisi
            Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.

Patofisiologi
            Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
            Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus.

Etiologi
            Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.

Meningitis Bakteri
            Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.

Meningitis Virus
            Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.



Pencegahan
            Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.

Pengkajian Pasien dengan meningitis
Riwayat penyakit dan pengobatan
            Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.

Manifestasi Klinik
·  Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.
·  Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
·  Sakit kepala
·  Sakit-sakit pada otot-otot
·  Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien
·  Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
·  Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
·  Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis.
·  Nausea
·  Vomiting
·  Demam
·  Takikardia
·  Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
·  Pasien merasa takut dan cemas.

Pemeriksaan Laboratorium
            Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal.
            Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

Pemeriksaan Radiografi
            CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.

Pengobatan
Pengobatab biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
 Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :
Antibiotik
Organisme


Penicilin G




Gentamicyn



Chlorampenikol
Pneumoccocci
Meningoccocci
Streptoccocci


Klebsiella
Pseudomonas
Proleus

Haemofilus Influenza
Terapi TBC
·  Streptomicyn
·  INH
·  PAS
Micobacterium Tuber culosis


Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :

Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan
·  Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
·  Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil
·  Tanda-tanda vital dalam batas normal
·  Rasa sakit kepala berkurang
·  Kesadaran meningkat
·  Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.

Rencana Tindakan
INTERVENSI
RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output
hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.
Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.

Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.

Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi dan kejang.


Sakit kepala sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
Tujuan
Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol

Kriteria evaluasi
·  Pasien dapat tidur dengan tenang
·  Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

Rencana Tindakan
INTERVENSI
RASIONALISASI
Independent
Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang

Menurukan reaksi terhadap rangsangan ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan pasien untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala dan kain dingin pada mata
Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati
Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan rasa sakit / disconfort
Kolaborasi
Berikan obat analgesik

Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis sehingga sukar untuk dikaji.


Potensial terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran

Rencana Tindakan
INTERVENSI
RASIONALISASI
Independent
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya

Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat pasien.
Melindungi pasien bila kejang terjadi
Pertahankan bedrest total selama fae akut
Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll.

Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

·  Donnad, Medical Surgical Nursing, WB Saunders, 1991
·  Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Media Aesculapius, 1982
·  Brunner / Suddarth, Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company, Philadelphia, 1984

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN  LEUKEMIA

A.    Pengertian

Leukemia adalah suatu penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietik.

B.     Patofisiologi

Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang ditandai dengan ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok – agranulosit (leukemia granuosit/mielositi) atau limfosit  ( limpfositik ). Klasifikasi ini didasarkan pada  morfologis diferensiasi sel  dan pematangan sel-sel leukemia predominan  di dalam sum-sum tulang dan sitokimiawi (Gralnick, 1977; Dabich, 1980, Price,1995). Kalsifikasi ini juga dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam manifestasi  klinik, prognosis dan pengobatannya.

Jika dilihat dari proses diferensiasi sel darah penggolongan leukemia limfoblastik dan mieloblastik dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Mielosit
-Netrofilik
-Basofilik
-Eosinofilik

 
-          Netrofil
-          Eosinofil
-          Basofil
 
Sel induk pluripotensial
 
Mieloblast
 
 


                         

-          Limf. B
-          Limf. T
 
 






Gambar 1. Leukemia dapat terjadi sebagai akibat diferensiasi abnormal pada salah satu proses diatas.

Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit lebih banyak dibanding wanita. Leukemia limfositik, terutama akut menyolok pada anak-anak umur kurang dari 15 tahun, dengan puncaknya pada umur 2-4 tahun. 

Penyebab leukemia secara jelas hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pengaruh lingkungan dan genetik diperkirakan memegang peranan penting.  Faktor genetik dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.  Faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia timbul bertahun-tahun kemudian. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastik, dikaitkan dengan frekwensi yang meningkat , khususnya agen alkil.  Agent virus HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.

Leukemia akut baik granulositik atau mielositik  merupakan jenis leukemia yang banyak terjadi pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya atau tidak adanya sel hematopoietik (Clarkson, 1983).  Tanda dan gejala leukemia akut berkaitan dengan netropenia dan trombositopenia. Ini adalah infeksi berat yang rekuren disertai timbulnya tukak pada membrana mukosa, abses perirektal, pnemonia, septikemia disertai menggigil, demam, tachikardi dan tachypnea.  Trombositopenis menyebabkan perdarahan yang tak terkontrol. Tulang mungkin sakit dan lunak. Anemia bukan merupakan manifestasi awal disebabkan karena umur eritrosit yang panjang. Gejala anemia berupa pusing, malaise, dan dispnea waktu kerja fisik yang melelahkan. Pensitopenia dapat terjadi setelah dilakukan kemoterapi.

Leukemia limfositik akut (LLA), paling sering menyerang anak-anak dibawah 15 tahun dan mencapai puncaknya pada umur 2-4 tahun. Manifestasi LLA berupa proliferasi limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat ekstra medular seperti kelenjar limfe dan limpa.  Tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan pada unsur – unsur sum-sum tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama. Tanda lain berupa limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang, sakit kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan.   Data laboratorium berupa leukositosis, limfositosis, trombosit dan sel darah merah rendah, hiperseluler  sum-sum tulang belakang

C.    Pengkajian


   SISTEM
DATA SUBYEKTIF
DATA OBYEKTIF
Aktivitas
Lesu, lemah, terasa payah, merasa tidak kuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Kontraksi otot lemah
Klien ingin tidur terus dan tampak bingung
Sirkulasi
Berdebar
Tachycadi, suara mur-mur jantung, kulit dan mukosa pucat, defisit saraf cranial terkadang ada pendarahan cerebral.
Eliminasi
Diare, anus terasa lebih lunak, dan terasa nyeri. Adanya bercak darah segar pada tinja dan kotoran berampas,  Adanya darah dalam urine dan terjadi penurunan  output urine.
Perianal absess, hematuri.
Rasa nyaman
Nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri persendian, sternum terasa lunak, kram pada otot.
Meringis, kelemahan, hanya  berpusat pada diri sendiri.
Rasa aman
Merasa kehilangan kemampuan dan harapan,  cemas terhadap lingkungan baru serta kehilangan teman.
Riwayat infeksi yang berulang, riwayat jatuh, perdarahan yang tidak terkonrol meskipun trauma ringan.
Dpresi, mengingkari, kecemasan, takut, cepat terangsang, perubahan mood dan tampak bingung.
Panas, infeksi, memar, purpura, perdarahan retina, perdarahan pada gusi, epistaksis,  pembesaran  kelenjar limpa, spleen, atau hepar, papiledema dan exoptalmus,
Makan dan minum
Kehilangan nafsu makan, tidak mau makan, muntah, penurunan berat badan,  nyeri pada tenggorokan dan sakit pada saat menelan.
Distensi abdomen, penurunan peristaltic usus, splenomegali, hepatomegali, ikterus, stomatitis, ulserasi pada mulut, gusi membengkak (acute monosit leukemia).

Sexualitas

Perubahan pola menstruasi, menornhagi. Impoten.

Neurosensori
Penurunan kemampuan koordinasi, perubahan mood, bingung, disorientasi, kehilangan konsentrasi, pusing, kesemutan, telinga berdenging, kehilangan rasa
Peningkatan kepekaan otot, aktivitas yang tak terkontrol.
Respirasi
Nafas pendek,
Dyspnoe, tachypnoe, batuk, ada suara ronci, rales, penurunan suara nafas.
Belajar
Riwayat terpapar bahan kimia seperti benzena, phenilbutazone, chloramfenikol, terkena paparan radiasi, riawat pengobatan dengan kemotherapi.  Riwayat keluarga yang menderita keganasan.


Data penunjang:
Penghitungan  sel darah :
-          Normocitic, normokromik anemia
-          Hb < 10 g/100 ml
-          Retikulosit :  rendah
-          Platelet count : < 50.000/mm
-          WBC > 50.000/cm (Shift to left) tampak blast sel leukemia
-          PT/PTT memanjang
-          LDH meningkat
-          Serum asam urat dalam urine : meningkat
-          Serum lysozym : meningkat terutama pada acut monosit dan myelosit leukemia.
-          Serum tembaga : meningkat
-          Serum Zinc : menurun
-          Biopsi Bone Narrow: abnormal WBC lebih dari 50 %, lebih dari 60 % - 90 % blast sel,
-          Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien
-          Lymp node biopsy : tampak pengecilan


D.    Diagnose Keperawatan

1.      Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur invasive, malnutrisi dan penyakit kronis.
2.      Resiko tinggi devisit cairan s.d kurang intake cairan, muntah, perdarahan, diare, demam
3.      Nyeri s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari kecemasan.
4.      Keterbatasan aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan energi, suplay oksigen yang tidak seimbang, terapi isolasi.
5.      Kurangnya pengetahuan  tentang perjalanan penyakit, prognosis dan pengobatan s.d kurangnya informasi, atau misinterprestasi.

E.     Intervensi Keperawatan dan Rasional

DX
INTERVENSI
RASIONAL
1


















































2.
































3.


















4.












5
-       Tempatkan pada ruang khusus dan batasi pengunjung. Awasi pemberian buah dan sayyur segar.

-       Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak dengan klien

-       Monitor vital sign



-       Cegah peningkatan suhu tubuh dengan cara pemberian cairan yang adekuat serta lakukan kompres hangat.



-       Lakukan pemeriksaan suara nafas dan batuk secara teratur..
-       Pegang klien dengan lembut dan linen tetap kering dan rapi.
-       Jaga integritas kulit, luka yang terbuka dan kebersihan kulit dengan pembersih antibakteri.

-       Periksa mukosa mulut dan lakukan oral hygiene.

-       Jaga kebersihan kebersihan anus dan genital.
-       Awasi istirahat dan pola tidur klien secara  ketat.
-       Berikan asupan makanan yang adekuat yang mengandung cairan serta protein tinggi.

-       Lakukan tindakan kolaborasi:
-    Blood test count :  WBC dan Neutrofil.


-    Lakukan kulture

-    Pemberian antibiotik sesuai order.
-    Review serial X-Ray

-    Berikan makanan yang memiliki resiko tinggi menimbulkan infeksi sperti yang sudah dimasak atau yang sudah diproses secara higienes.

-    Monitor intake dan out-put





-    Tim bang berat badan  setiap hari


-    Monitor Tensi dan frekwensi jantung.

-    Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan kondisi mukosa.
-    Perhatikan mukosa dari ptechie, ecchymosis, perdarahan gusi.


-    Lakukan tindakan yang lembut untuk mencegah perlukaan seperti menggunakan sikat gigi yang lembut, kapas swab, lakukan tepid sponge, gunakan alat cukur elektrik.
-    Kolaborasi:
-    Lakukan pemasangan IV line

-    Monitor laboratorium Platelet, Hb/Ct, cloting.

-    Pemberian anti muntah

-    Pemberian Alluporinol


-    Kaji keluhan nyeri dengan skala nyeri (0 – 10)
-    Monitor vital sign dan kaji ekpresi nonverbal.
-    Jaga lingkungan agar tetap tenang
-    Kurangi stimulasi yang meningkatkan stress.
-    Letakkan pada posisi nyaman

-    Lakukan perubahan posisi secara periodic

-    Evaluasi koping mekanisme klien
-  Kolaborasi:
-          Kadar asam urat
-          Pemberian analgetik
-          Pemberian narkotik
-          Antianxiety

-    Kaji kelemahan tubuh klien dan ajak anak berpartisipasi untuk bermain.


-    Berikan kesempatan istirahat dan tidur yang cukup
-    Berikan makanan selingan yang cukup selama kemotherapi
-    Kolaborasi:
-          Antiemetik
-          Berikan oksigen


- Berikan penjelasan tentang patologi leukemia, tindakan serta prognosenya.kepada keluarga




-       Untuk menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan infeksi.

-       Mencegah infeksi silang


-       Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam sebagai efek dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi
-       Membantu menghilangkan demam yang dapat menimbulkan ketidak seimbamgan cairan tubuh, ketidak nyamanan serta komplikasi CNS.
-       Mencegah sumbatan sekresi saluran pernafasan.
-       Mencegah eksoriasi.

-       Untuk mencegah infeksi local. (Luka biasanya tidak bernanah akibat rendahnya kadar granulosit).
-       Jaringan mukosa mulut merupakan  medium bagi perkembangan bakteri.
-       Untuk mencegah terjadinya infeksi anal maupun genital.
-       Untuk konservasi energi bagi perkembangan sel-sel klien.
-       Untuk mempertahankan daya tahan tubuh klien dan keseimbangan cairan tubuh kien.

-    Penurunan WBC merupakan kesimpulan dari proses penyakit dan  efek samping dari pengobatan kemoterapi.
-    Untuk mengetahui sensitivitas kuman.
-    Untuk mencegah infeksi
-    Indikator dari perkembangan kondisi klien.





-  Penurunan volune cairan dapat menjadi prekusor kerusakan RBC sehingga dapat menimbulkan kerusakan tubulus ginjal dan terbentuknya batu ginjal.

-  Untuk melakukan analisis tentang fungsi ginjal.

-  Perubahan dapat menjadi indikasi hipovolemia.
-  Sebagai indicator status dehidrasi.

-    Penekanan bone narrow dan produksi platelet yang rendah beresiko menimbulkan  perdarahan yang tak terkontrol.
-    Jaringan yang lemah, dan mekanisme pembekuan yang abnormal sering menjadi penyebab perdarahan  tak terkontrol.

-    Untuk mempertahankan kebutuhan cairan tubuh.
-    Jika platelet count < 20000/mm. Penurunan Hb/Hct  dapat menimbulkan perdarahan.
-    Mencegah hilangnya cairan melalui muntahan.
-     Mencegah timbulnya nefropati


-    Untuk mempermudah intervensi dan observasi terhadap
-    Mengetahui efektivitas tindakan terhadap nyeri.
-    Meningkatkan kesempatan istirahat dan memperbaiki koping mekanisme.
-    Mencegah rasa tidak nyaman pada persendian
-    Meningkatkan sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi.

-    Untuk mengetahui kemampuan kontrol klien terhadap nyeri.





- Mengkaji efek dari leukemia terutama pada fase pengobatan, sehingga perlu dianalisa perlu tidaknya bantuan.
-    Untuk menyimpan energi dan perbaikan sel.
-     






- Menyiapkan mental untuk tindakan menghadapi kasus yang diderita anaknya.













DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, L.J.  2001.  Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8.  EGC.  Jakarta.

Mansjoer, Arif.  1999.  Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 Bagian I.  Media Aesculapius, FKUI.  Jakarta.

Perry & Potter.  2000.  Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar edisi 3.  EGC.  Jakarta.

Oka, P.N.  1993.  Buku Penuntun Ilmu Perawatan Mata.  Airlangga University Press.  Surabaya.